apahabar.com, JAKARTA – Kurs rupiah bergerak melemah kemudian stagnan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada perdagangan hari ini, Senin (11 /4/2022). Pekan lalu, rupiah masih berhasil menguat 0,03% secara mingguan, meskipun indeks dolar AS sedang di atas angin.
Melansir data dari Refinitiv, Mata Uang Tanah Air membuka perdagangan dengan melemah tipis 0,03% di Rp 14.365/US$. Kemudian, rupiah bergerak stagnan hingga pukul 11:00 WIB.
Terpantau pukul 11:00 WIB, dolar AS berhasil menguat 0,13% ke level 99,924 terhadap 6 mata uang dunia. Bahkan, pekan lalu indeks dolar AS sempat mencapai level tertinggi sejak 2020.
Hari ini, imbal hasil (yield) obligasi pemerintah AS tenor 5 tahun naik 7 basis poin ke 2,8260% yang menjadi level tertinggi sejak 2018.
Tidak hanya itu, yield obligasi tenor 20 dan 30 tahun juga naik yang masing-masing ke 2,979% dan 2,78%. Yield obligasi tenor 10 tahun naik 6 basis poin ke 2,7646%.
Hal tersebut mengindikasikan bahwa terjadinya inversi kurva kembali, di mana tenor jangka pendek lebih tinggi dibandingkan dengan tenor jangka panjang.
Kemarin, Presiden bank sentral AS (Federal Reserve/The Fed) Cleveland Loretta Mester mengatakan bahwa inflasi AS akan tetap tinggi tahun ini dan tahun berikutnya, bahkan ketika The Fed bergerak untuk menurunkan laju kenaikan harga.
“Dengan harga rumah, mobil, dan pinjaman lebih mahal dan kenaikan suku bunga acuan oleh The Fed akan membantu mengurangi permintaan berlebih ketika pasokan dibatasi, sehingga membantu menurunkan tekanan harga,” tutur Mester dikutip dari Reuters.
Mester juga optimis bahwa ekonomi AS akan berkembang, meskipun adanya kebijakan moneter yang lebih ketat.
Presiden AS Joe Biden juga berkomentar mengenai perhatiannya pada pasar tenaga kerja AS yang dianggap oleh beberapa analis sebagai salah satu yang terkuat sejak Perang Dunia II.
“Selama empat pekan terakhir, lebih sedikit orang Amerika yang mengajukan asuransi pengangguran dalam sejarah yang tercatat di negara kita,” kata Biden.
Namun, potensi melemahnya Mata Uang Tanah Air pada perdagangan hari ini dapat terlihat di pasar Non-Deliverable Forward (NDF) yang dibandingkan dengan beberapa saat setelah penutupan perdagangan pada Jumat (8/4) pekan lalu.